Senin, 19 Februari 2018

Cafe Racer


Jakarta - Salah satu model motor yang tengah digemari di dunia modif motor tanah air adalah cafe racer. Sejak belasan tahun yang lalu aliran ini sudah dikenal orang Indonesia.

Adalah para bikers dan komunitas anak motor bertebaran seantero negeri memiliki andil dalam maraknya fenomena modifikasi cafe racer. 

Rumah modifikasi yang mengubah wajah motor dari tampilan standar pabrikan menuju retro balapan hadir dalam kelasnya masing-masing. 
Dari mulai bengkel kelas rumahan hingga bengkel profesional menawarkan racikan ala 'distinguished gentlemen ride' mereka. 

Filosofi cafe racer memang berkembang di daratan Eropa awalnya. Dimana para bikers Eropa tersulut romantika motor retro rasa kekinian.

Sebut saja Royal Einfield, Triumph dan Ducati menyokong versi pabrikan dari motor masa kini rasa kekunoan. 

Singkat sejarahnya, cafe racer mendapatkan nama dari para bikers Inggris dengan dukungan cafe-cafe nan tersebar di tapak jalan Cross Country pasca Perang Dunia II. Sebut saja merek BSA, Norton, Venom dan Triumph besutan lawas direstorasi habis-habisan dengan berkembangnya industri rumahan, alias home made spare part.

Lalu bagaimana di Indonesia? Modifikator biasanya ada yang mengadopsi filosofi dan budaya tersebut namun dengan tambahan sedikit rasa lokal. 

Tulisan ini tidak akan merinci selera modifikasi tertentu. Kita bisa melihat ada mazhab Srambler, Jap Style, Brat Style, Bobber dan sebagainya di dunia modifikasi tanah air.

Tulisan lebih menitikberatkan pada apa saja pertimbangan sebelum memodifikasi motor kesayangan agar tampak 'distinguished'. 

Kita bisa mengacu pada kutipan musisi terkenal Kurt Cobain 'They laugh at me because I am different, I laugh at them because they look all the same".

Jadi maknanya, cafe racer memiliki dasar pemikiran motor saya harus memiliki sidik jari. Kita paham bahwa tidak ada satu pun dari miliaran manusia yang memiliki sidik jari serupa. 

Semakin beda motornya, semaksimal mungkin memiliki 'wow factor' dalam tongkrongannya. Di situlah inti filosofi 'pebalap cafe' ini.

Secara umum, jika ingin memodifikasi motor di Indonesia pilihan bahan motor untuk dimodif adalah merek Jepang seperti Honda (Tiger, CB lawas dan GL), Kawasaki Binter, Yamaha Scorpio dan Thunder (125-250). 

Tapi terlepas dari pemikiran generik dan budaya sejuta umat, sah-sah saja menggunakan merek India (Pulsar) atau China (Jialing 250 cc) atau merek yang sudah discontinue lainnya namun dengan kemampuan sparepart bisa dikanibal seperti Minerva atau mocin lainnya. 

Saya sendiri misalnya, yang sehari-hari menggunakan motor Minerva X-Road 150 cc tahun 2012 ini memilih melakukan face off motor street fighter X-roadnya menjadi ala cafe racer. 

Foto: Romeyn Perdana Putra


Alasannya sederhana motor tahun 2012 memiliki aura Europa dalam merek dan desain rangka walaupun kandungan lokal dan citra mocin tak bisa lepas dari merek Minerva. 

Alasan lain daripada dijual murah, dan sayang karena fitur elektrik starter, mesin masih tergolong anyar dan bisa dipadankan dengan bermacam aksesoris maupun spare part yang masih banyak beredar di pasaran. 

Untuk aliran modifikasi, rangka bodi dan konfigurasi mesin motor menjadi pertimbangan. Kofigurasi V atau Delta box yang menjadi ciri pabrikan motor kebanyakan di Indonesia, sedikit banyak mempengaruhi mazhab modifikasi mana yang akan diadopsi. 

Jika kita melihat modifikasi motor yang sudah dilakukan, biasanya ada kecenderungan motor tertentu lebih cocok dengan gaya modifikasi yang khas.

Misalnya, Yamaha Scorpio akan banyak menyajikan model Scrambler dalam modifikasinya. Lalu motor monoshock atau dual shock akan menentukan selera anda memodiffikasi. 

Pertimbangan krusial dalam pilihan aliran adalah apakah motor anda nantinya penggunaan harian atau lebih kepada hobi dan komunitas. 

Kalau penggunaan harian setang bungkuk cafe racer dan buntut tawon akan mengurangi produktivitas berkendara anda. Bisa dibayangkan membelah belantara macet ibukota dengan posisi racing. Bisa encok!

Sementara pilihan kelir dan aksesoris printilannya tentu akan sedikit mengurangi kenyamanan berkendara bila anda tampil ber-cafe racer tapi kena semprit polisi atau terkendala di Samsat. 

Sesuaikan dan patuhi peraturan lalu lintas serta taatlah membayar pajak. Adalah salah satu kunci tampilan gaya maksimal ber-café racer. 

Apalagi bila sang motor dibesut di jalanan, bukan di arena balap. Warna sedapat mungkin masih akur dengan BPKB dan STNK. 

Kalaupun ditambahkan aksen airbrush tidak mendominasi warna tertera dalam surat-surat. Apalagi karena alasan elemen estetika anda melupakan spion ataupun lampu sein. Akan melipatgandakan pasal pelanggaran lalu lintas anda nantinya.

Yang penting lagi adalah soal budget dan harapan atau ekspektasi. Boleh jadi kombinasi harapan anda untuk memperoleh modif motor tinggi tapi budget anda rendah atau sebaliknya. Untuk menyiasatinya, kudu ekstra hati-hati dalam memilih partner bengkel modif.

Aan (22 tahun), misalnya, seorang mahasiswa PTS di Jakarta menyebut angka Rp 4 juta untuk face off motor hariannya. Pada prinsipnya pilihan tanki, jok, batok lampu besar dan printilan diambil dari ready-made yang tersedia di pasaran. 

"Beda cerita kalau saya pasang yang custom atau Taylor made bengkel Modif, bisa habis puluhan juta," imbuhnya menegaskan.

Tapi dengan budget yang ada Aan mengakui kalau memodif motor seperti menenggak air laut ketika haus, enggak akan pernah puas sambil sedikit menganalogikan perangai modifikasinya. 

Aan menekankan untuk ingat kapan waktunya berhenti dan nikmati dulu yang ada. Walau ia masih bersikeras untuk mengubah kali-kaki dan pelek ban motornya.

Dari tulisan di atas mungkin dapat membantu kawan-kawan bikers untuk lebih bijak dan waspada dalam mengubah tampilan motor kesayangan. Semoga bermanfaat dan lain waktu akan disambung lagi. Wassalam.


Source : https://m.detik.com/oto/modifikasi-motor/d-3355386/demam-cafe-racer-filosofi-dan-tips-triknya

1 komentar: